doa santri untuk kyai

Doa bersama ribuan Santri Pesantren, tujuan utamanya adalah doa untuk keluarga besar pesantren Shiddiqiyyah dan juga saat ini proses praperadilan MSAT di PN Jombang berjalan sesuai harapan, teruntuk Pesantren yang saat ini sedang diterpa permasalahan kasus dan anak Kiai harus berurusan dengan Pihak Kepolisian" tuturnya pada sejumlah media Berikutbeberapa tips menghadapi santri yang tidak betah bagi para orang tua atau para pengurus pondok dari alasantri. 1. Ingatkan tentang Meluruskan Niat. Sangat penting bagi setiap santri yang masuk pesantren untuk diingatkan kembali tentang niat mereka. Bukan apa-apa, ada saja santri yang berpikiran bahwa mereka mondok bukan karena keinginan Karenasantri tersebut disuruh menyeberang tidak berani, Kyai Ahmad Siroj perintahkan padanya agar pulang saja. Bak Air Kosong, Penuh Tiba-Tiba Pada suatu ketika, Kyai Ahmad Siroj sedang berkunjung ke rumah Muhyi di Cepogo. Bak air (pengaron) yang berada di rumahnya, diminta oleh Kyai Ahmad Siroj untuk dibersihkan agar supaya bisa diisi dengan air. Danmasih banyak pula dalil-dalil yang memperkuat bahwa orang mati masih mendapat manfa'at do'a perbuatan orang lain. Ayat ke 39 Surat An-Najm di atas juga dapat diambil maksud, bahwa secara umum yang menjadi hak seseorang adalah apa yang ia kerjakan, sehingga seseorang tidak menyandarkan kepada perbuatan orang, tetapi tidak berarti menghilangkan perbuatan seseorang untuk orang lain. SURABAYA- Doa dari kalangan santri dan ulama untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menjadi presiden RI di 2024 terus menggema. Kali ini, dukungan datang dari Barisan Santriwan dan Santriwati Indonesia (BSSI) bersama alim ulama beserta habaib lewat Istighosah Akbar dan Doa untuk Negeri. Ketua Umum BSSI, Gus Ahmad Muhdzor Ihsan mengatakan, sebanyak 10.000 santri, ulama, dan Wie Erkenne Ich Ob Ein Mann Flirtet. ASPIRASIKU – Hari Santri Nasional HSN diperingati setiap tahun di tanggal 22 Oktober. Peringatan ini menjadi salah satu momen untuk santri bangkit dan memberikan kontribusi. Salah satu acara yang dilakukan untuk memperingati Hari Santri Nasional adalah dengan membaca puisi, termasuk di HSN 2021 kali ini. Puisi pun bisa dibacakan sebagai bentuk hormat dan terima kasih santri untuk Kyai. Dalam hal ini tema puisi berkaitan dengan santri, kehidupan santri dan pondok pesantren. Baca Juga Contoh Naskah Ceramah Singkat Maulid Nabi untuk Remaja di Tengah Kondisi Pandemi Covid-19 Berikut ini adalah contoh puisi santri yang bisa dibacakan pada Hari Santri Nasional. 1 Pohon Bijak Para SantriKarya NS Dalam naungan pohon bijakPara santri tenang mendulang ilmuDalam naungan pohon bijakPara santri mampu jadi lebih majuDialah para kyaiPohon bijak tempat bernaung santri Tiap kitab dan kajianDiberikan untuk pedomanKyai adalah pohon bijakDengan daun-daun petuah agar beriman Pondok pesantren kian megahKehadiran kyai adalah anugerahSantri bisa semakin terpatriKarena kyai ilmu pun terberi Dalam naungan pohon bijakSantri menari dalam surat dan ayatDalam naungan pohon bijakPara santri makin tegak Baca Juga Doa-doa Mustajab di Hari Jumat, Meminta Keberkahan dari Allah SWT 2 Sang Pemimpin PondokKarya NS Terkini Sowan adalah tradisi santri berkunjung kepada kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk atas sebuah permasalahan yang diajukannya, atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar bertatap muka silaturrhim saja. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw bahwa bersilaturrahim dapat menjadikan umur dan rezeki bertambah panjang. Sowan dapat dilakukan oleh santri secara individu atau bersama-sama. Bisanya seorang kiai akan menerima para tamu dengan lapang dada. Bagi wali santri yang hendak menitipkan anaknya di pesantren, sowan kepada kiai sangat penting. Karena dalam kesempatan ini ia akan memasrahkan anaknya untuk dididik di pesantren oleh sang kiai . Begitu pula dengan calon santri, inilah kali pertama ia melihat wajah kiainya yang akan menjadi panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar di pesantren. Banyak santri yang telah hidup bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi kiainya hanya sekedar ingin bersalaman semata. Atau sengaja datang membawa permasalahan yang hendak ditanyakan kepada kiai tentang berbagai masalah yang dihadapinya. Hal ini menjadikan bahwa hubungan kiai santri tidak pernah mengenal kata putus. Kiai tetap menjadi guru dan santri tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren istilah alumni hanya menunjuk pada batasan waktu formal belaka, dimana seorang santri pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. Tidak termasuk di dalamnya hubungan guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni pesantren A, seseorang akan tetap menjadi santri atau murid kiai A. Di beberapa daerah tradisi sowan memiliki momentumnya ketika Idul Fitri tiba. Biasanya, seorang kiai sengaja mempersiapkan diri menerima banyak tamu yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan tidaklah sebatas para santri yang pernah berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga dan bahkan para pejabat tidak pernah berguru langsung kepadanya. Mereka datang dengan harapan mendapatkan berkah dari kealiman seorang kiai . Karena barang siapa bergaul dengan penjual minyak wangi, pasti akan tertular semerbaknya bau wangi. Pada bulan Syawal seperti ini, sowan kepada kiai merupakan sesuatu yang utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa keluarga dan kedua orang tua. Pantas saja, karena kiai bagi santri adalah guru sekaligus berlaku sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali mereka yang kembali pulang dari perantauan menjadikan sowan kepada kiai sebagai alasan penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, kembali ke pesantren dan mencium tangan kiai merupakan isi ulang energi’ recharger untuk menghadapi perjalanan hidup ke depan. Seolah setelah mencium tangan kiai dan bermuwajjahah dengannya semua permasalahan di depan pasti akan teratasi. Semua itu berlaku berkat doa orang tua dan kiai . Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn Hajar al-Asqolani dalam Fathul Bari قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل Imam Nawawi berkata mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan. Demikianlah tradisi sowan ini berlangsung hingga sekarang. Para santri meyakini benar bahwa seorang kiai yang alim dan zuhud jauh lebih dekat kepada Allah swt dibandingkan manusia pada umumnya. Karena itulah para santri sangat mengharapkan do’a dari para kyai. Karena doa itu niilainya lebih dari segudang harta. Inilah yang oleh orang awam banyak diistilahkan dengan tabarrukan, mengharapkan berkah dari do’a kyai yang mustajab karena kezuhudannya, kewiraiannya dan kealimannya. Dengan demikian optimisme dalam menghadapi kehidupan dengan berbagai macam permasalahannya merupakan nilai positif yang tersimpan di balik tradisi sowan. Sowan model inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُBarangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” Bukhari-Muslim. عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ مَا لَهُ مَا لَهُ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ ” .رواه البخاري .Dari Abu Ayyub Al-Anshori bahwa ada seorang berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan bersilaturahimlah.” Bukhari. Artinya hanya silaturrahim yang bernilai positiflah yang akan diganjar oleh Allah sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang bernilai negatif yaitu silaturrahim yang melanggar aturan syariat Islam. Redaktur Ulil HadarwyCatatan Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada Kamis, 23 Agustus 2012 pukul 0701. Redaksi mengunggahnya ulang dengan melakukan perbaikan minor Boarding school is an Islamic institution that has a noble goal, that is to educate the community in which is called santri, so that it becomes a human being beneficial to himself more for the outside community. To be a students who hope to be able to be useful in the midst of society, for that institution of boarding schools create a variety of programs and education either in the form of character education and formal education in order to adapt themselves With the demands of the epoch but still on the line of provisions taught his religion that is Islam. In a boarding school certainly has leaders who lead the entire students therein, as the caretaker as well as the main leader of boarding school is a major role in realizing the vision and mission of boarding schools, because only the top The entire activity will method used in this study is a qualitative method in which the source of results is obtained from interviews with predetermined sources. The results of the study prove that the role of the kyai is very urgent for the life of the boarding school community in it,because the kyai is the leader of the boarding school. In realizing a common goal in educating and shaping the character of santri as needed in the midst of society, of course there are several obstacles. However, this is still a reasonable limit and is handled jointly by the kyai together with the administrators of the Salafiyah Dawuhan Islamic boarding school. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 193 PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MENDIDIK DAN MEMBENTUK KARAKTER SANTRI YANG SIAP MENGABDI KEPADA MASYARAKAT Mia Kurniati miakurniati62 Miftahus Surur Ahmad Hafas Rasyidi STKIP PGRI Situbondo Abstract Boarding school is an Islamic institution that has a noble goal, that is to educate the community in which is called santri, so that it becomes a human being beneficial to himself more for the outside community. To be a students who hope to be able to be useful in the midst of society, for that institution of boarding schools create a variety of programs and education either in the form of character education and formal education in order to adapt themselves With the demands of the epoch but still on the line of provisions taught his religion that is Islam. In a boarding school certainly has leaders who lead the entire students therein, as the caretaker as well as the main leader of boarding school is a major role in realizing the vision and mission of boarding schools, because only the top The entire activity will method used in this study is a qualitative method in which the source of results is obtained from interviews with predetermined sources. The results of the study prove that the role of the kyai is very urgent for the life of the boarding school community in it,because the kyai is the leader of the boarding school. In realizing a common goal in educating and shaping the character of santri as needed in the midst of society, of course there are several obstacles. However, this is still a reasonable limit and is handled jointly by the kyai together with the administrators of the Salafiyah Dawuhan Islamic boarding school. ABSTRAK Pondok pesantren merupakan lembaga islam yang memiliki tujuan yang mulia, yakni mendidik masyarakat di dalamnya yang mana disini disebut santri, agar menjadi insan yang bermanfaat bagi dirinya lebih-lebih bagi masyarakat luar. Untuk menjadi santri yang diharap kelak akan mampu berguna ditengah-tengah masyarakat, untuk itu lembaga pondok pesantren menciptakan berbagai macam program dan pendidikan baik berupa pendidikan karakter maupun pendidikan formal agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan jaman namun tetap pada garis ketentuan yang diajarkan agamanya yaitu agama islam. Dalam sebuah pondok pesantren tentu memiliki pemimpin yang memimpin seluruh santri didalamnya, kyai sebagai pengasuh sekaligus pemimpin utama pondok pesantren merupakan peran utama dalam mewujudkan visi dan misi pondok pesantren, karena hanya atas intruksinyalah seluruh kegiatan akan berjalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif yang mana sumber hasil didapat dari hasil wawancara ke narasumber yang sudah ditentukan. Hasil penelitian membuktikan bahwasanya peran kyai begitu sangat urgen bagi kehidupan masyarakat pondok pesantren didalamnya, karena kyai merupakan pemimpin pesantren. Di dalam mewujudkan sebuah tujuan bersama dalam mendidik dan membentuk karakter santri sesuai yang dibutuhkan ditengah masyarakat, tentu terdapat beberapa hambatan-hambatan. Namun hal demikian masih merupakan batas wajar dan ditangani bersama oleh kyai bersama para pengurus pondok pesantren Salafiyah Dawuhan. Kata Kunci Pesantren, Kyai, Santri, Membentu dan Mendidik, karakter santri, Mengabdi Kepada Masyarakat. Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 194 Pendahuluan Di Era Globalisasi sekarang ini sering kita jumpai penyimpangan-penyimpangan perilaku seperti mabuk-mabukan, perampokan, pemerkosaan dan penyimpangan lainnya dari berbagai kalangan terutama anak muda, hal demikian kemungkinan dikarenakan oleh beberapa faktor seperti kurangnya perhatian orangtua, dan hal yang paling utama tentunya kurangnya pemahaman tentang etika dan agama. Kenyataan itu sering meresahkan bagi masyarakat sekitar, melihat betapa banyaknya anak muda yang tidak bisa lagi diandalkan dalam membentuk masyarakat yang harmonis lebih-lebih masa depan kalangan kelompok masyarakat. Masyarakat yang mengharap anak muda dapat menjadi Agen Of Change di masa mendatang seakan Buchori 1990 pada jurnal Agung Prasetyo, 2017 mengemukakan bahwa Perkembangan tekonologi dan informasi dapat mengubah pola pikir, tingkah laku, danpola halnya dengan globalisasi yang semakin marak dan menjadi tranding topik di telinga masyarakat Indonesia secara umum sekarang ini. Hal demikian sangat jelas bahwa ilmu pengetahuan tentang agama sangat dibutuhkan, Sebagai unit yang independen, maka bagi penganutnya, agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia dan bentuk struktur social, dengan demikian ajaran agama aspek kultural dari agama mempunyai potensi untuk mendorong atau bahkan menahan proses perubahan sosial dimana dalam agama Islam yang strategis untuk melakukan hal itu adalah ulama dan pendidikan pesantren Margono, 2011 Pesantren adalah pusat-pusat pendidikan di Jawa dan Madura yang dikenal dengan istilah pondok. Lebih lanjut lagi, Dhofier mengatakan bahwa pondok barangkali berasal dari kata Arab funduq, yang berarti hotel atau asrama. Hal ini tentu bisa saja benar dikarenakan Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang menekankan anak didiknya untuk menetap di dengan hal ini, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal, pondok pesantren dipandang mampu untuk membentuk peserta didik santri untuk hidup mandiri. Sistem asrama pada kehidupan pondok pesantren dianggap mampu mendorong karakteristik para peserta didik agar mampu memenuhi dan menjalani tugas kehidupan sehari-hari dengan mandiri Sanusi, 2012. Namun hal demikian tidaklah luput dari peran kepemimpinan seorang kyai selaku pengasuh atau objek utama dalam mengendalikan segala ketentuan yang berlaku di dalam pesantren. Di dalam pesantren juga para santri akan diajarkan ilmu karakter, yang mana sesuai yang dikutip oleh Lestari & Yusmiono, 2018 Menurut Renata dalam Lestari & Yusmiono, 2018 pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 195 sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil. Oleh sebab itu, pesantren merupakan sarana lengkap bagi para pemuda pemudi dalam menanamkan karakter yang baik dalam diri santri sejak dini, tentu hal tersebut tak luput dari peran kepemimpinan seorang kyai selaku pusat ilmu pagi para segenap Ustad di dalam pondok pesantren. Para pemimpin pesantren atau dengan kata lain seperti pengasuh pondok pesantren, yaitu Kyai dan nyai adalah tokoh utama dalam proses ini. Transimisi ilmu yang dilakukan oleh seorang Kyai dan nyai berlangsung secara monolog, mengingat posisi tradisional mereka sebagai pemegang otoritas keagamaan. Oleh karena itu, transmisi keilmuan yang berlangsung di pesantren lebih bersifat dogmatis dan ideologis menurut Ema dalam jurnal Hartono, 2016. Keberadaan Kyai dan pesantren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena figur Kyai sangatlah dominan dalam menentukan segala kebijakan, pengelolaan dan pengembangan pondok pesantren. Kyai dengan karismanya dan kemampuan dapat mengolah pondok pesantren dengan baik sebagai pionir pendidikan Islam di Indonesia. Sebagaimana pada umumnya, Kyai di samping sebagai pemimpin pesantren juga sekaligus sebagai pemilik. Sebagai pemilik, tentu saja semua kebijakan perkembangan baik fisik maupun non fisik pesantren bersumber dari Kyai. Peran Kyai yang sedemikian signifikan ini menjadi ciri pondok pesantren itu sendiri. Kyai, identik dengan sebutan ulama, keduanya merupakan gelar bagi orang sholeh yang berilmu, dan memiliki kharisma, para kyai atau ulama adalah pewaris Nabi dan menjadi tauladan bagi masyarakatnya. Seorang dikatakan kyai sejati apabila zahid, arif, mendalami ilmu-ilmu syariat dan memahami masalah ummat terutama yang selalu ia terapkan kepada santr-santrinya. An’im, 2010 Santri sebagai masyarakat di dalam lingkungan pesantren memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sama seperti kebanyak karakter orang diluar pesntren yang beragam. untuk itu, tak mudah menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku di dalam pondok pesantren, disinilah peran seorang kyai yang paling utama dalam mengatasi hal yang demikian. Berusaha Menyelaraskan karakter masing-masing santri tentu bukan hal yang mudah untuk diatasi oleh seorang kyai, namun hal demikian tentu saling bekerja sama dengan para jajaran kepengurusan yang sudah dibentuk di pondok pesantren. Kajian Teori 1. Pesantrenmerupakan lembaga pendidikan islam tertua di indonesia, para alumni yang lulus dari pondok pesantren telah banyak kita temui di tengah-tengah masyarakat luas dengan kinerjanya yang memuaskan, Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 196 sangat lama, tetapi juga karena kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan oleh lembaga tersebut. 2. Kyai identik dengan sebutan ulama, kyai Pengasuh mempunyai peranan tertinggi dalam sebuah kegiatan pesantren dan kyai juga tidak hanya fokus dalam kegiatan di pesantren, namun kyai juga menjadi tokoh agama sekaligus tokoh suri tauladan yang baik di masyarakat dan lingkungannya. Kyai adalah figur dengan kapasitas pribadi yang sarat dengan bobot kualitatif, bobot kualitatif inilah yang menjadikan sosok. Peran kyai dalam lembaga pendidikan di pesantren tidak hanya sebagai pengasuh yang mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren atau pemilik pesantren, namun kyai juga yang mengatur proses belajar mengajar para santri, dan kyai juga sebagai penjaga serta pembimbing moral ummat/masyarakat. 3. Santri merupakan masyarakat yang menghuni pondok pesantren dengan tujuan menuntut ilmu dalam jangka waktu yang tak terbatas. selama ia menuntut ilmu di dalam pondok pesantren, selama itu pula gelarnya menjadi santri dan harus patuh kepada peraturan yang ditentukan oleh pengasuh pondok pesantren yang dalam hal ini ialah kyai. Ilmu yang sudah didapat di pondok pesantren diharapkan mampu bermanfaat di kalangan masyarakat. 4. Mengabdikan diri kepada masyarakat merupakan suatu keharusan dan kewajiban seorang santri yang sudah menuntut ilmu di dalam pondok pesantren, karena selama menuntut ilmu di dalam pondok pesantren, santri sudah dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan pendidikan maupun ilmu pengetahuan agama, sehingga santri lulusan pondok pesantren sangat tau kebutuhan masyarakat sekitar. dalam kategori ini, santri sangat bisa diandalkan dalam berbagai hal apapun. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Kualitatif, yaitu metode yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic utuh melalui wawancara ke berbagai sumber untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang dibuat oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pondok pesantren Salafiyah Dawuhan Situbondo - Jawa Timur. Pembahasan dan Hasil Penelitian 1. Sejarah Pondok Pesantren Salafiyah Dawuhan Berawal dari keistiqamahan KH. Abd. Rasyid yang ikhlas dan sabar membimbing pelaksanaan pengajian rutin setiap Jum’at legi dan Jum’at kliwon, Beliau mampu melahirkan lembaga pendidikan islam, berupa Pondok Pesantren. Pengajian yang berlangsung sejak tahun 1980an hingga hari ini memiliki jama’ah yang cukup banyak dan sebarannya pun Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 197 bukan hanya meliputi daerah setempat, akan tetapi juga meliputi wilayah Surabaya, Madura, Bali hingga Yogyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, di awal tahun 2012 muncul permintaan dari para jama’ah pengajian untuk mendirikan pondok pesantren yang dapat menampung putra-putri para jama’ah dalam mempelajari ilmu agama. Maka dibangunlah asrama pondok bambu yang sangat sederhana dalam menunjang santri, 3 tiga bilik untuk santri putra dan untuk santri putri 3 tiga bilik pula. Ke enam asrama tersebut dibangun di atas tanah milik KH. Abd. Rasyid pribadi, hingga awal tahun 2015 berkat bantuan dana pemerintah dibangunlah rusunawa yang dikhususkan untuk santri putri, dengan adanya bantuan pemerintah tersebut kini santri putri memiliki bangunan asrama berlantai tiga dengan belasan ruangan, keadaan yang patut disyukuri bagi segenap warga pondok pesantren sehingga pihak pengurus pesantren tidak perlu lagi memikirkan ruang tambahan untuk santri baru yang meningkat kian pesat. Pada awal berdirinya, santri yang mondok di Pondok Pesantren ini berjumlah 11 sebelas orang, namun berkat kegigihan dan semangat para jama’ah pengajian dalam menyebarkan ajaran agama yang dipimpin oleh Rasyid sehingga dalam hitungan beberapa bulan saja jumlah santri semakin bertambah banyak, hingga sampai saat ini jumlah santri seluruhnya mencapai hampir 200 orang. 2. Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Dawuhan Situbondo Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Dawuhan Situbondo jawa-timur terdiri dari intrakulikuler, kokurikuler dan ekstrakulikuler. Intrakulikuler pada kurikulum pondok pesantren salafiyah dawuhan situbondo secara khusus mengajarkan materi-materi kejuruan, sedangkan Ekstrakulikuler pada kurikulum pondok pesantren salafiyah yang bersifat campuran adalah dengan mengajarkan semua bidang ilmu agama mulai dari Fikih, Hadist, Tafsir Juga tauhid yang dikemas dalam sebuah lembaga Madrasah Diniyah. Fokus penekanan kurikulum kokulikuler di pondok pesantren salafiyah dawuhan secara khusus juga menerapkan pembelajaran campuran seperti bidang ilmu alat yang meliputi ilmu Tajwid atau ilmu Al-Qur’an yang dikemas dalam Madrasut Ta’mil Qur’an, sedangkan ilmu nahwu dan ilmu saraf dikemas dalam Madrasah Amtsilati. Guna menyalurkan bakat dan minat para santri pondok pesantren salafiyah dawuhan meluncurkan beberapa kegiatan ekstrakulikuler meliputi Qori’ah, Kursus Bahasa Arab, Hadrah, Daul Musik Tradisional Kontemporer. Sebagaimana pesantren pada umumnya yang orientasi kegiatannya untuk mencetak masyarakat madani yang religious, humanis dan nasionalis, kedisiplinan menjadi prioritas Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 198 utama dalam pelaksanaan kegiataan apapun, tak terkecuali Pondok Pesantren Salafiyah Dawuhan Situbondo. Oleh karenanya, Waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam pondok pesantren salafiyah dawuhan dimulai selepas melaksanakan sholat subuh hingga pukul 2200 WIB kecuali terdapat kegiatan-kegiatan khusus. Dalam kurikulumnya, kyai menitik beratkan pada satu kegiatan tambahan yang sangat dianjurkan kepada santri untuk selalu mengadakan Istghosah setiap malam. Oleh kyai, kegiatan istighosah yang diwajibkan kepada seluruh santri yang dilakukan setiap malam agar supaya santri dapat menutup kegiatan yang terbilang sangat padat dengan mengingat dan menyatu dengan Allah SWT. yang mana dalam artiannya, santri dilatih untuk menutup kegiatannya dengan bertawassul kepada Allah SWT dikarenakan santri sudah memulai kegitan dengan melaksanakan kewajiban sholat subuh. Selain itu juga, kyai dalam menurunkan perintah istighosah tersebut agar santri selalu mendoakan kedua orang tuanya supaya dilancarkan rezekinya, kedua orang tua yang berusaha keras demi membiayai anaknya yang mencari ilmu di pondok pesantren. Selain melancarkan rezeki, melakukan istighosah secara rutin dan istiqomah tentu mendatangkan banyak manfaat baik lahirian maupu batiniah bagi para pengamalnya. Adapun tujuan Istighotsah menurut Ash-Shiddiqy di dalam bukunya yang berjudul Pedoman Dzikir dan doa yang dikutip oleh Ade Saputra, 2018 dalam jurnnalnya yaitu sebagai alat mendekatkan dan menyandarkan diri kepada Allah. Orang yang berdzikir mengingat Allah senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan Allah bersamanya. Kebersamaan ini bersifat khusus, bukan kebersamaan karena bersanding, tetapi kebersamaan karena kedekatan, cinta, pertolongan dan taufiq. Selain pemaparan tujuan istighosah diatas, tujuan istighosah juga dipaparkan oleh Syafii Mufid, 1985 yakni di dalam Istighotsah tekandung usaha- usaha pemuasan dan kerelaan dan kesadaran yang sejati. Dalam kontek yang semacam ini dapat diketahui bahwa Istighotsah bertujuan sebagai berikut a. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. b. Sebagai sarana menambah rasa iman, pengabdian dan kematangan cita- cita hidup. c. Sebagai sarana pengendalian diri, pengendalian nafsu yang sering menjadi penyebab kejahatan. 3. Analisis Data Tentang Peran Kyai Sebagai Pengasuh Dalam Mendidik Dan Membentuk Karakter Santri Salafiyah Dawuhan Agar Mampu Mengabdi Kepada Masyarakat Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 199 Sosok peran kyai dalam sebuah pondok pesantren tentunya memiliki posisi yang sangat urgent, mengingat bahwa kyai sebagai pengasuh yang mana santrinya terpaku teguh pada perintah sang kyai yang mana telah banyak kita saksikan di media-media tentang gambaran seorang santri terhadap gurunya, sehingga disitulah perlu diteliti tentang betapa pentingnya peran seorang kyai. Dalam usahanya mendidik santri dan membentuk karakter mulia yang diharap kelak mampu mengamalkan ilmunya kepada masyarakat, kyai tentu memiliki strategi tersendiri, setelah dilihat dari hasil wawancara bersama pengasuh yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 06 Juli 2019, disini dapat kami simpulkan bahwa kyai tidak muluk-muluk dalam membuat srategi yang menekankan pada sikap karakter seorang santri, hal demikian dapat kita baca melalui hasil wawancara bersama pengasuh pondok pesantren islam Salafiyah Dawuhan Situbondo “untuk strategi mendidik dan membentuk karakter santri, disini saya lebih memfokuskan kepada bagaimana menanamkan ketaatan pribadi santri. Sebab allah lebih menyukai hambanya yang taat dari pada hambanya yang pintar, karna orang pintar belum tentu taat, namun dengan ketaatan, seorang hamba begitu dengan mudanya akan dipintarkan oleh allah. Dalam memimpin santri, saya mengajarkan mereka tentang ajaran Ki Hajar Dewantara yang berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyombangun karso, Tut wuri handayani” Pada penjelasan diatas, KH. Abd Rasyid sudah menjelaskan bagaimana beliau berusaha menanamkan ketaatan kepada santri, sebab betapa mulianya kedudukan seseorang yang taat bagi allah SWT. Dengan ketaatan, manusia sangat mudah memperoleh kepintaran dengan sendirinya. Kemudian selain mengutamakan ajaran ketaatan kepada para santrinya, kyai juga mengamalkan ajaran Ki Hajar Dewantara yakni ing ngarso sung tulod artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sung Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah kata suri tauladan. Sedangkan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Karena itu seseorang juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungannya dengan menciptakan suasana yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan. Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 200 Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang – orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat Suparti, 2013. Jadi secara tersirat kyai mengajarkan kepada santrinya supaya kelak setelah lulus dari pondok pesantren diharapkan dapat memberi contoh figur yang baik dan disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang – orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat . kata beliau lagi “Selain itu, saya berusaha mengajari mereka dengan memberi contoh yang baik juga memberi mereka semangat. Dalam mendidik dan mengajari para jamaah dan santri saya dalam menanamkan pohon-pohon ilmu pada pribadinya masing-masing agar supaya dalam setiap ucapan dan perbuatannya mengeluarkan ilmu. Sesuai dengan hadist Rasulallah SAW Al imamu uryana walibasutat wajihatul haya yang artinya iman itu telanjang, bajunya adalah ketakwaan, dan perhiasannya adalah nahwu. Dan untuk menjadi takwa, manusia tdak bisa mencapainya tanpa imbingan seorang guru, sebab ketakwaan masalah rasa, jadi perlu untuk dibiming oleh seorang guru” Dan penjelasan terakhir diatas sudah terlihat jelas tentang betapa beliau sangat mencontoh sikap Rasulullah dalam mendidik umatnya yakni memberi contoh langsung melalui perbuatan yang dermawan dan ketegasan beliau, hal demikian juga betapa kyai menanamkan pemahaman kepada santri tentang pentingnya sebuah ketakwaan. Didalam jurnalnya Sulaiman, 2016 memaparkan tentang keteladanan yang mana Kecenderungan mencontoh itu sangat besar pengaruhnya pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan. Sesuatu yang dicontoh, ditiru, atau diteladani itu mungkin yang bersifat baik dan mungkin pula bernilai keburukan. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat di dalam diri dan pribadi Rasulullah Muhammad SAW sebagaimana firman Allah SWT Artinya “sesunngguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik” Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Dengan keteladanan itu diharapkan anak didik akan mencontoh segala sesuatu yang baik di dalam perkataan maupun perbuatan pendidiknya. Pada dasarnya, adanyapondok pesantren bukan semata-mata lembaga pendidikan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam, melainkan juga Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 201 lembaga kemasyarakatan yang memiliki fungsi amal terhadap masyarakat serta hubungan tata nilai dengan kultur masyarakat,khususnyayang ada dalam lingkungan pengaruhnya. Idealnya,pesantren bukan hanya lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi para santrinya,namun bisa mengayomi masyarakat sekitarnya serta menggerakkan roda-roda perekonomian masyarakat sekitarnya, hal tersebut dipaparkan jelas oleh Dawam Rahardjo dan Rahim dalam kutipan naskah R. Ibrahim, 2016. Kesimpulan 1. Peran kyai Dalam pembentukan karakter santri Salafiyah Dawuhan Kyai memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter santri, mulai dari menetapkan peraturan yang berlaku di pesantren hingga turun langsung ke lapangan memberi pengarahan baik yang mana keseluruhannya dapat dilaksanakan dengan baik oleh para santri. 2. Peran kyai sebagai orang tua terhadap santri Salafiyah Dawuhan Pesantren merupakan asrama bagi santri yang mencari ilmu diwajibbkan bermukin di pesantren, sehingga diasrama tersebut santri secara 24 jam terus berada dilingkungan pesantren, disitulah peran kyai sebagai orang tua bagi santri sangat dibutuhkan. Kyai yang berperan sebagai orang tua tak pernah luput dalam memberikan perhatian kepada segenap santri, Yang mana selain pengurus pesantren kyai juga ikut andil dalam pembentukan karakter pesantren, kyai memberi pengarahan langsung atau tidak langsung dengan melalui pengurus pesantren. 3. Peran pengurus pesantren sebagai penerima mandat kyai dalam pembentukan karakter santri Salafiyah Dawuhan Didalam pondok pesantren, kepengurusan juga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter santri, hal demikian sangat jelas ketika kyai mengamanahkan kepada para pengurus agar para santri benar-benar dididik dengan baik sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang disahkan oleh kyai sebagai pengasuh pesantren Salafiyah Dawuhan. Kemudian setelah mendapatkan amanah dari kyai, ketua pengurus mengerahkan seluruh anggota kepengurusan untuk melaksanakan amanah kyai tersebut. 4. Hambatan-hambatan dalam mendidik dan membentuk karakter santri Salafiyah Dawuhan Santri yang datang dari berbagai daerah tentu memiliki karakter dan sifat bawaan yang berbeda-beda. Sehingga hal demikian menjadi tantangan bagi para pengurus lebih-lebih Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Hadist Volume 2, Juli 2019 p-ISSN 2615-2568 e-ISSN 2621-3699 202 kyai sendiri sebagai pengasuh, namun dengan pengawasan dan pelayanan langsung dri para pengurus dapat mengurangi sifat-sifat yang kurang baik bagi santri. Kenakalan-kenakalan yang sering terjadi di pesantren masihlah diatas batas kenakalan-kenakalan remaja pada umumnya, sehingga tidak butuh waktu lama untuk mengajarkan mereka tentang tata karma dan ilmu-ilmu keislaman. Daftar Pustaka Ade Saputra, M. 2018. Pengaruh kegiatan istighosah terhadap kecerdasan spiritual siswa di sman 1 pacet mojokerto skripsi. Agung Prasetyo, D. 2017. Pentingnya Pendidikan Kewarganegraan Untuk Mempersiapkan Diri. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 11, 191–196. An’im, A. 2010. Petuah Kyai Sepuh seri satu; B. Idhoh, ed.. Hartono, R. 2016. Pola Komunikasi di Pesantren Studi tentang Model Komunikasi antara Kiai , Ustadz , dan Santri di Pondok Pesantren TMI Al-Amien Prenduan. 5704. Latif, D. 1983. Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta. Lestari, N. D., & Yusmiono, B. A. 2018. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan Volume 3, No. 1, Januari-Juni 2018. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan, 31, 114–125. Margono, H. H. 2011. KH . Hasyim Asy ’ ari dan Nahdlatul Ulama Perkembangan Awal dan Kontemporer. 263. Sanusi, U. 2012. manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan . Oleh. 102, 123–139. Sulaiman, M. 2016. MENDIDIK DENGAN TAULADAN. 111, 104–122. Suparti, W. 2013. IMPLEMENTASI TRILOGI KI HAJAR DEWANTARA DALAM KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMA TAMAN MADYA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA. 2SGEM2016 Conference Proceedings, ISBN 978-619-7105-16-2 / ISSN 1314-2704, 1–39. Syafii Mufid, A. 1985. Zikir Sebagai Pembinaan Kesejahteraan Jiwa. Surabaya Bina Ilmu. ... Santri are people who live in Islamic boarding schools with the aim of studying without limits. Serving the community is the obligation of students who study both education and religious knowledge at an Islamic boarding school, so that students can be relied upon in any number of matters in society because they know the needs of the surrounding community Kurniati, 2019. Santri including mustahik zakat from the fi sabilillah group. ...Lia KusumaningM. Nurul QomarThis study aims to analyse the effectiveness of the distribution of ZIS funds to the santri scholarship program at LAZISNU Kudus Regency. The purposes of this study are 1 to find out the implementation of the distribution of ZIS funds in the student scholarship program at LAZISNU Kudus Regency, 2 to determine the effectiveness of the distribution of ZIS funds to the student scholarship program at LAZISNU Kudus Regency, 3 to determine the supporting and inhibiting factors in the distribution of ZIS funds to the student scholarship program at LAZISNU Kudus Regency. The results of this study indicate that First, LAZISNU Kudus Regency in distributing various programs, one of which is the santri scholarship program, implements a number of management functions consisting of planning, organizing, implementing and distributing. Second, the student scholarship program at LAZISNU Kudus Regency has been effective, seen from the indicators of effectiveness, namely 1 right on target in distributing ZIS funds to mustahik who come from underprivileged families. 2 provide encouragement to the mustahik in the field of education. 3 improve the quality of academic and non-academic achievements of mustahik. Third, the supporting factor is the cohesiveness between the administrators, the existence of cooperation with NU in Kudus Regency and Islamic boarding school foundations. The inhibiting factors are the problem of low human resources, the allocation of ZIS funds has not been productive, the lack of zakat funds, and some people are reluctant to distribute zakat to IhsanA. UmarThis study aims to describe the role of kyai in creating the religious culture of the santri. How the socialization patterns that exist in an educational institution especially pesantren Islamic boarding school can shape the religious culture of the santri, is the main concern of this study. Madrasah Qudsiyyah, one of the Islamic education institutions based on pesantren in Kudus Regency, Central Java, is the object of this study. With a qualitative approach, the data were collected through participant observation and in-depth interviews. They were then analyzed using the theoretical framework of the sociology of knowledge of Peter L. Berger and Thomas Luckman. The results of this study revealed that kyai including ustadz has a central role in shaping the character and religious culture of the santri. Kyai, apart from being an educator, also acts as a guide, uswah hasanah, and guide of the santri. With this role, kyai becomes a kind of role model for santri in terms of the spiritual, moral, intellectual, and social life. From a long time daily interaction process between kyai and santri in the pesantren, finally it becomes habitus in shaping the mindset, character, and religious culture of the santri. Wiwik SetiyaniTraditional authority is still the main reference as represented by the Kiai Kampung. Intense communication with the community and moral superiority and examples in solving various community problems are parts of how the Kiai Kampungs hold, maintain, and exercise their traditional authority. This article seeks to explain the authority of the Kiai Kampungs in Ngawi East Java and their role in developing and socially constructing local Islam in Java. The method used refers to historical-sociological studies with a phenomenological approach. This study reveales that the Kiai Kampungs have socially constructed local Islam based on the results of their thought and study authoritatively. Local Islam is a manifestation of an Islamic development model that accommodates local wisdom. Kiai Kampungs are referred to as "charismatic leaders" who have remarkable power to socially determine local Islam in the Kiai's perspective. In certain degree of analysis, the role of the Kiai Kampung indirectly has the potential to color the growth and development of global Arofah Hari CahyadiThe development plan of the Islamic Boarding School in the middle of the times it is not impossible to do. As the oldest educational institutions in Indonesia, Islamic Boarding School is an educational institution that is civilized. The development of Islamic boarding school can be done through two aspects; boarding school as an educational unit and boarding school as a place of education units. Islamic Boarding School as an educational unit in the form of Muaddalah Islamic Boarding School while boarding school as a place of education unit is a main unit of doing other educational institutions. Development of the Islamic Boarding School can also be developed through the role of Islamic Boarding Schools that do not merely act as an educational institution, but also serves as a social institutions and economic institutions of pesantren Salafiyah Dawuhan situbondoBurohBuroh 2017. Profil pesantren Salafiyah Dawuhan situbondo 5, Budaya Patron Klien dalam PesantrenE SetiawanSetiawan, E. 2012. Eksistensi Budaya Patron Klien dalam Pesantren 13, kegiatan istighosah terhadap kecerdasan spiritual siswa di sman 1 pacet mojokerto skripsiDaftar Pustaka AdeM SaputraDaftar Pustaka Ade Saputra, M. 2018. Pengaruh kegiatan istighosah terhadap kecerdasan spiritual siswa di sman 1 pacet mojokerto Pendidikan Kewarganegraan Untuk Mempersiapkan DiriAgung PrasetyoAgung Prasetyo, D. 2017. Pentingnya Pendidikan Kewarganegraan Untuk Mempersiapkan Diri. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 11, dan Kekuasaan Peradilan Agama di IndonesiaD LatifLatif, D. 1983. Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia. D LestariB A YusmionoLestari, N. D., & Yusmiono, B. A. 2018. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan Volume 3, No. 1, Januari-Juni 2018. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan, 31, . Hasyim Asy ' ari dan Nahdlatul Ulama Perkembangan Awal dan KontemporerH H MargonoMargono, H. H. 2011. KH. Hasyim Asy ' ari dan Nahdlatul Ulama Perkembangan Awal dan Kontemporer. 263.manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikanU SanusiSanusi, U. 2012. manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan . Oleh. 102, SulaimanSulaiman, M. 2016. MENDIDIK DENGAN TAULADAN. 111, 104-122.

doa santri untuk kyai